Ilmu cipto Gumono

Ilmu berkomunikasi dengan ruh para leluhur

“SHANG HYANG CIPTO GUMONO, RAWUHNO SEJATINING ……… (Ruh leluhur yang ingin dihadirkan) KANG APEROJO HING SONGGOBUONO
RAWUH, RAWUH, RAWUH MIJIL ONO ING PANGARSANINGSUN”

Cara mendapatkannya: Puasa mutih dimulai pada hari Rabu Pon, Kamis Wage, Jum’at Kliwon (selama tiga hari).  Sebelum puasa mutih, mandi jamas dengan menggunakan bunga macam dan airnya dicampur minyak Arab Zakfaron untuk keramas. Setelah tiga hari mutih selesai, ditambah dengan pati geni sehari.  Kalau ingin menggunakan mantera tersebut untuk keperluan lain, puasa mutih tidak perlu dilakukan cukup membaca mantra tersebut.

Ilmu ini riwayatnya konon dimiliki sang Prabu Sri Mapanji Jayabaya yang kemudian diturunkan kepada Ki Buto Locoyo, murid Prabu Jayabaya dari bangsa jin. Setelah ia hilang, diwariskan ke Prabu Dandang Gendis di Singasari. Dan kemudian turun-temurun diwarisi raja-raja Majapahit. Sewaktu Majapahit mengalami keruntuhan, ilmu dibawa keturunan Majapahit hingga akhirnya dimiliki Raden Mas Kongso Curigo, dari Surakarta. Ilmu ini dipergunakan untuk komunikasi dengan roh leluhur. Tapi juga bias dipergunakan untuk menelusuri garis keturunan yang telah hilang, dengan cara menghadirkan roh leluhur yang hidup di alam kelanggengan.