RIDHO GURU DAN BEKRAHNYA ILMU

09/06/2015 10:53

Puji dan rasa syukur kita kepada guru tiada taranya, rasa terima kasih patut kita haturkan kepada segenap guru yang pernah mengajari kita, tiada lain bagi kita adalah membalas budi kepadanya dengan kemampuan yang kita miliki, tanpanya kita masih menjadi orang bodoh atau jahil.

Guru memegang peran sentral dalam dunia pembelajaran, karenanyalah ia dituntut untuk menjadi pendidik, pengajar, mursyid, ulama, kiyai dan lain sebagainya yang profesional. Afnibar di dalam bukunya Memahami Profesi Guru Dan Kinerja Guru (2005) terdapat sebuah teori yang mengatakan bahwa hadirnya guru mampu menghambat proses perkembangan peserta didik. Teori diatas dengan sangat mudah kita kritisi dengan realitas kekinian, ‘ada guru saja mereka tidak belajar apalagi kalau tidak ada guru’, satu ungkapan yang ada benarnya karena penulis sampai saat ini masih berstatus ‘murid’. Pendidikan Andragogi di Indonesia tidak merata, akhirnya murid hanya selalu menunggu asupan dari guru, negeri Barat sudah melangkah 5 langkah kita baru selangkah.

Mungkin kita masih ingat akan syai’r Ahmad Syauqi menyatakan pada diri guru ada kemulian – hampir saja derajatnya mendekati ‘kerasulan’. Beragam istilah dinisbahkan kepada guru atau pendidik, kosa kata al-Qur’an yang mengandung makna guru atau pendidik berjumlah kurang lebih 13, ada ahl al-Dzikir, Mubasyir Wa Nadzhir, Ulama, Al-Muwa’izh, Uli al-Nuha, Mu’alim, Murabbi, al-Muzakki, al-Raasyiku fi al-‘Ilm, Ulul Albab, Da’i, Faqih, Ulil Absar.

Dari sekian term yang ada, penulis lebih suka mentautankan guru dengan ulama, perbedaanya jika guru adalah sebutan masyarakat sedangkan ulama adalah sebutan al-Qur’an dan al-Sunnah. jika keberkahan hidupmu dapat terlaksana maka mintalah ridho gurumu, berkah hidupmu ada di tangan gurumu. Tiga aspek penting agar guru bertautan dengan ulama, pertama: kemapuan Guru yang bersifat pribadi – keimanan guru terhadap keyakinan yang ia miliki harus selalu diperbaharui, berwawasan Pancasila, wibawa, dedikasi, dan mempunyai jiwa sosial (Mulyasa, 2010). Kedua: kemampuan guru bersifat global – menguasai ilmu yang ia ajarkan kepada peserta didiknya, agar peserta didik tidak salah mengambil kesimpulan, kemampuan megajar guru harus ditingkatkan. Ketiga: kemampuan guru yang bersifat khusus – keterampilan seorang guru dalam mencairkan suasana dikelas, memberikan arahan kepada muridnya.

Setidaknya tiga konsep dasar yang harus dimiliki seorang guru diatas, mampu kita sejajarkan dengan ulama, ulama itu adalah orang yang mempunyai ‘kashyatullah’, takutnya ia kepada Allah didasarkan kepada pengetahuannya tentang boleh dan tidaknya melakukan sesuatu, pengetahuan dan pemikirannya mampu dipertangunggjawabkan dunia dan akhirat.

Jadilah guru yang ideal, guru harus menyadari bahwa dirinya adalah seorang yang mempunyai ilmu, ilmu yang dia miliki harus disebarluaskan kepada anak didiknya dan mempunyai keinginan untuk menjadikan muridnya lebih pintar darinya, seorang guru tidak bole egois jika muridnya lebih berhasil darinya, ia harus bersyukur karena tanpanya tidak mungkin muridnya sukses.

Kesuksesan murid ada di tangan guru, ia sukses karena mendapat ridho dari gurunya, tanpa ridho gurunya ia tidak menjadi apa-apa. Indonesia memiliki guru yang bagitu banyak, kesejahtreraan gurupun harus ditingkatkan, gaji guru harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi saat ini, tanpa guru Indonesia tidak akan menjadi negara-bangsa yang diperhitungkan negara lain. Guru itu tidak terikat oleh sekat apapun, selama guru itu ideal dalam pandangan agama dan masyarakat maka dialah guru sejati, guru pertama kita tidak lain adalah kedua orang tua, mereka mengajarkan sesuatu yang tak terbatas sedangkan guru di dunia pendidikan formal dan nonformal mengajarkan kepada kita sesuai dengan kebutuhan dan rancangan yang sudah ada.

Selamat hari ulang tahu guru di seluruh Indonesia, jadilah guru-guru yang membawa keberkahan hidup muridmu, ajarkanlah kami apa yang baik-baik dan jangan ajarkan kami apa-apa yang tidak baik, do’a kami selalu menyertaimu.