ARTIKEL SUPRANATURAL

RIDHO GURU DAN BEKRAHNYA ILMU

09/06/2015 10:53
Puji dan rasa syukur kita kepada guru tiada taranya, rasa terima kasih patut kita haturkan kepada segenap guru yang pernah mengajari kita, tiada lain bagi kita adalah membalas budi kepadanya dengan kemampuan yang kita miliki, tanpanya kita masih menjadi orang bodoh atau jahil. Guru memegang peran...

PIKIRAN BAWAH SADAR

 

Setelah memiliki keyakinan diri, kita wajib mempunyai pernyataan kemenangan diri. Yang dimaksudkan adalah pernyataan-pernyataan yang terlahir dari pikiran bawah sadar, bahwa kita adalah pemenang. Pemenang dari pertarungan apa pun dari pergulatan hidup. Sebab itu orientasi ke depan dalam mengarungi kehidupan ini, senantiasa diliputi pernyataan kemenangan diri. Tidak ada kamus kegagalan.

Bila orang lain melihat apa yang kita perjuangkan dinilai gagal, maka kita harus meyakininya bahwa hal itu bukanlah suatu kegagalan. Tidak terpenuhinya target atau goal sebenarnya tetap merupakan keberhasilan, meski belum sempurna. Sudah tentu, kita memiliki kewajiban menyempurnakannya!

Orang seringkali gagal bukan disebabkan karena lemahnya kemampuan yang dimiliki, tapi lebih dikarenakan ketakutan terhadap “monster-monster” dalam pikiran yang diciptakannya sendiri. Seperti seekor gajah dengan belalainya yang kuat dan mampu mengangkat beban berat, disertai postur tubuhnya besar yang sudah tentu memiliki kekuatan yang dahsyat pula. Namun ternyata, sebagaimana kita melihat dalam pertunjukkan sirkus, ternyata sang gajah tidak mampu bergerak padahal kakinya diikatkan dengan tali berukuran kecil pada sebatang tonggak yang kecil pula.

Situasi semacam itu dapat juga terjadi pada diri kita. Ketika kita menghadapi problema hidup, dan kita tidak memiliki keyakinan diri bahwa kita dapat memecahkannya. Karena kita tidak yakin memiliki solusinya! Maka, kita akan gagal.

Dengan tegasnya, Allah telah menyatakan dalam kitab suci (Q.S. Al-Insyirah ):

“Bukankah Kami (Allah) telah melapangkan dadamu. Dan, telah Kami ringankan bebanmu yang berat. Yang memberati punggungmu. Dan, Kami tinggikan (muliakan) namamu? Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan. Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (mengerjakan sesuatu pekerjaan atau urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (pekerjaan atau urusan) yang lain. Dan, hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

Untuk menciptakan pernyataan kemenangan diri, menurut pendapat orang-orang besar, harus dimulai dari penciptaan auto-sugesti positif pada diri sendiri. Caranya, ciptakan terlebih dulu apa target kita pada masa satu tahun, dua tahun, atau tiga tahun ke depan. Berteriaklah sekeras-kerasnya di tempat tertutup, atau boleh juga dilakukan di lapangan terbuka dengan penuh keyakinan diri bahwa kita pasti berhasil. Misalnya, kita katakan: “Saya pasti berhasil! Saya pasti bisa! Saya pasti menang!”.

Teriakan-teriakan yang penuh keyakinan semacam itu, yang dilakukan berulang-ulang ternyata mampu mencetak pada layar mental seseorang, dan merasuk ke alam bawah sadar. Maka, sistem produksi kerja kita akan bergerak otomatis ke arah kemenangan diri, seperti detak jantung yang berdetak rata-rata 120 ribu kali sehari tanpa perintah pikiran kita.

Berangkat dari keyakinan diri, ditambah dengan pernyataan kemenangan diri, pada gilirannya akan menumbuhkan rasa percaya diri. Hal yang terakhir ini adalah modal utama yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Tanpa rasa percaya diri, seseorang yang memiliki kehebatan maupun kepandaian apa pun, menjadi tidak berharga sama sekali. Selalu ada “hantu-hantu” di dalam alam pikirannya yang menyatakan bahwa ia tidak akan mampu, ia tidak akan dapat menyelesaikan, dan ia akan gagal. Dan, kegagalan itu memalukan dirinya.

Padahal kegagalan itu tidak ada. Kegagalan baru tercipta bilamana kita berhenti berusaha, berhenti bertindak, serta berhenti mencapai target yang kita cita-citakan. Jadi, kegagalan itu hakekatnya tidak pernah disebabkan oleh sesuatu hal di luar diri kita, tapi justru disebabkan oleh diri kita sendiri. Karenanya, mulai dari sekarang, setelah Anda membaca tulisan ini, jangan pernah lagi menyalahkan orang lain!

Mahatma Ghandi pernah mengatakan, orang yang mudah bersedih hati, akan sukar mencapai apa yang dicita-citakan. George Bernard Shaw menasihati, kemalangan hidup ialah kenyataan bahwa masa muda, sebagai masa keemasan, telah diboroskan. Padahal Charles Darwin berkeyakinan, bahwa dengan kemauan keras dan tekad yang bulat, pasti dapat. Dan, Erasmus menyikini, selama masih hidup, masih ada harapan. Oang tidak perlu berputus asa selama dirinya masih bisa bernapas. Sedangkan Imam al Ghazali mengingatkan, bahwa gila hormat hukumnya haram, tapi menjadi orang terhormat adalah wajib hukumnya.

Konsistensi Diri
Kaidah berikutnya, adalah apa yang disebut dengan konsistensi diri. Konsistensi dapat dimaknai sebagai sikap yang mantap dalam bertindak, ketetapan hati yang berani mengambil risiko apa pun. Baik terhadap apa yang disukai maupun yang tidak disukai. Dengan konsistensi diri seseorang bakal terlihat kepribadiannya yang utuh. Potret dirinya menjadi lebih jelas.

Didukung kapasitas pribadi dan kualitas ilmunya, konsistensi diri seseorang memiliki posisi tawar tinggi. Sebab orang lain perlu berpikir cermat terlebih dulu sebelum memberikan penawaran atau pun mengajaknya untuk berdiskusi. Dengan demikian ia bukanlah orang yang dapat disembarangkan, tapi orang yang perlu diperhitungkan.

Bersikap dalam hidup ini, sebagaimana telah dilakukan oleh orang-orang besar sebelumnya, selalu dimotori dengan sikap konsistensi. Ibarat kereta api, sikap seperti itu merupakan jalur rel yang mesti dilewati. Bahkan tidak ada kompromi-kompromi bila keputusan yang harus diambil sudah melibatkan perihal konsistensi sikap. Sikap yang demikian ini memang tidak dimiliki oleh setiap orang.

Albert E. Gray, seperti dikutip Stephen R. Covey dalam bukunya The Seven Habits, bahkan sampai membuat penegasan dalam eseinya, bahwasanya semua orang yang sukses hidupnya, punyai kebiasaan melakukan hal-hal yang enggan dilakukan oleh mereka yang gagal. Sebenarnya, orang-orang yang sukses merasakan pula keengganan itu, tetapi kekuatan tekad mereka mampu mengalahkannya.

Dan sikap seperti itu, pernah pula dicontohkan oleh Socrates ketika dijatuhi hukuman mati oleh raja oleh sebab buah pikirannya dianggap merusak jiwa kaum muda. Sebagai ilmuwan, Socrates memiliki banyak sahabat yang kaya dan memiliki kekuasaan. Para sahabatnya menilai bahwa keputusan raja tersebut salah, karena itulah mereka berkeinginan membantu Socrates melarikan diri. Tapi sikap konsistensi Socrates jauh lebih kuat daripada keinginannya untuk tetap hidup, maka ia pun memilih tetap menjalani perintah kaisar untuk meminum racun, dan mati! (Soejono Soemargono, 1996).

 

RHEMATIK

 

Rematik banyak jenisnya, secara umum diidentifikasi sebagai kelompok penyakit yang menunjukkan suatu kondisi dengan nyeri dan kaku yang menyerang anggota gerak atau sistem muskuloskletal, yaitu tulang, otot sendi, maupun jaringan lain di sekitar sendi.

Penyebab
Banyak jenis rematik yang belum diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor risiko yang memengaruhi munculnya rematik, seperti infeksi sehingga menyebabkan peradangan pada persendian. Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan, stress yang disertai dengan kelelahan, darah yang terlalu banyak dibebani sisa buangan, dan sirkulasi darah yang tidak lancar juga dapat memengaruhi munculnya rematik.

Gejala dan tanda-tanda
Gejala umum yang terjadi pada rematik, yaitu nyeri pada anggota gerak, terutama ketika digerakkan, kaku pada persendian, peradangan dan bengkak pada sendi, kelemahan otot, dan ketegangan otot. Pada rematik yang sudah kronis, dapat terjadi perubahan bentuk organ tubuh yang terserang.

Pengobatan herbal
Resep 1
30 g jahe merah
30 g temulawak
30 g lengkuas merah, potong-potong
15 g daun sembung
1 jari kayu manis
Gula aren secukupnya
Cuci bersih semua bahan, potong-potong. Rebus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring.
Minum hangat-hangat.

Resep 2
15 g daun dewa
15 g bunga siantan beserta daunnya
30 g temu hitam, potong-potong
90 g daun lidah buaya, kupas
15 butir merica
2 batang sereh
Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring.
Minum airnya.

Resep 3
30 g benalu teh
20 g kunyit
30 g kencur
30 g jahe merah
1 sdt adas
Cuci bersih semua bahan, lalu potong-potong. Rebus dengan 700 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu saring.
Minum 2 kali sehari.

Resep 4 (pemakaian luar)
50 g cabai rawit merah
50 g jahe merah
30 g bawang putih
250 cc alkohol 75%
Cuci bersih semua bahan, haluskan semua bahan. Rendam dengan alkohol, lalu biarkan selama 14 hari.
Oleskan air rendaman pada bagian yang sakit 2-3 kali sehari.

Resep 5 (pemakaian luar)
Daun gandarusa secukupnya
Daun jeruk nipis secukupnya
Rimpang bangle secukupnya
1 sdt arak putih
Cuci bersih semua bahan, haluskan, lalu tambahkan arak putih sedikit.
Balurkan pada bagian yang sakit dan balut.
Biarkan hingga mongering. Lakukan 2-3 kali sehari.

Catatan:
Pilih salah satu resep pada pemakaian dalam dan pemakaian luar. Lakukan secara teratur.

AJARAN ETIKA KI JOJO BODO

Paranormal Agung Yulianto alias Ki Joko Bodo memiliki ajaran etika yang menarik. Ajarannya itu membuktikan, dia adalah seorang yang telah “menyatu dengan alam.”

1. JANGAN MENGHUJAT TUHAN.
2. JANGAN MERUSAK ALAM, TUMBUHAN DAN BINATANG.
3. JANGAN MENGHINA SESEORANG.
4. JANGAN MENCELA KEYAKINAN ORANG.
5. JANGAN MENCELA KARYA SESEORANG.
6. JANGAN MENCELA MAKANAN DAN MINUMAN
7. JAGALAH KAKI, TANGAN, MULUT DAN KEMALUANMU DARI NISTA
8. JANGAN MERUSAK PERADABAN DAN BUDAYA
9. PEDULI TERHADAP JAGAD CILIK DAN JAGAD GEDE.

Ajaran etika Agung Yulianto tersebut memiliki dasar ontologi yang kuat. Dasar ontologi Ki Joko Bodo adalah METAFISIKA KESATUAN RUH. Yaitu RUH KITA INI ADALAH TUHAN DALAM DIRI MANUSIA. Tidak ada dualitas karena sesungguhnya RUH MANUSIA DAN DZAT TUHAN TIDAK BERBEDA. KEDUANYA SESUNGGUHNYA SATU KESATUAN. Kalau Anda mengamati dan membaca mantra-mantra yang dimiliki Ki Joko, kita akan segera tahu DASAR ONTOLOGI hal ini.

Meskipun disampaikan dengan kalimat negasi, dalam sembilan ajaran etikanya itu, membuktikan dia adalah seorang yang positif thinking, selalu berpikir bahwa apapun yang terjadi harus selalu disikapi dengan rasa syukur sebanyak-banyaknya atas anugerah Tuhan. Manusia sebagai bagian dari makluk hidup haruslah berterima kasih terhadap apa yang telah diterima manusia tanpa meminta lagi. Manusia tidak perlu menjadi peminta-minta karena semuanya telah disediakan oleh Tuhan secara lengkap dan gratis. Manusia tidak pernah diminta Tuhan untuk membayar atas banyak anugerah. Misalnya berapa udara yang dihirup selama dia hidup, berapa sewa tubuh dan otak yang telah digunakannya, berapa ongkos sewa tanah yang merasa dimiliki manusia untuk tempat tinggal dan seterusnya.

Kenapa disampaikan dengan kalimat negasi (JANGAN…)? Barangkali Ki Joko Bodo berargumentasi, itulah batas maksimal setelah ajakan dengan kalimat positif sudah tidak diugemi dan sudah banyak dilupakan orang. Sehingga dia memposisikan dirinya untuk memberi peringatan kepada orang lain dengan kata JANGAN….kecuali ajarannya yang kesembilan.

Manusia yang suka protes terhadap pemberian Tuhan, suka mengeluh dan merasa dirinya sombong berarti manusia yang tidak tahu berterima kasih. Kenapa? Sebab dia tidak menyadari bahwa pemberian Tuhan sudah sangat lengkap dan lebih dari cukup. Ki Joko Bodo bukan master, bukan pula doktor dan profesor. Dia bukan pula mentereng karena gelar akademis. Ia hanya manusia yang kebetulan dilahirkan di pulau Dewata, Bali yang mengenyam pendidikan tidak seberapa. Namun, tanpa banyak debat dia sudah menyadari bagaimana harusnya menjadi manusia. Ki Joko adalah manusia yang sudah menghayati Sangkan Paraning Dumadi-nya. Ia gentur olah rasa, olah batin dan suka bertapa.

Kesukaannya bertapa atau semedi menghantarkannya menemukan titik paling hening di dalam diri manusia. Siapapun orangnya yang sudah mampu MATI SAJRONING URIP atau MATI DI DALAM HIDUP, yang maknanya mampu menutup sembilan lubang di tubuhnya, merasakan dan mentaati perintah guru sejati yang ada di dalam dirinya, serta menghidupkan mata ketiga (indera keenam) akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki energi yang hebat. Ia tidak munafik karena antara pikiran, ucapan dan tindakannya sudah menyatu. “Sabda pandhita ratu” dan apa yang disampaikannya menjadi “idu geni”.

Suatu ketika, saat Ki Joko Bodo sedang bertapa di Kraton Kasunanan Surakarta ia mengalami kejadian yang tidak terduga sebelumnya. Entah dari mana datangnya, api menyambar bangunan utama kraton termasuk di tempatnya duduk. Ternyata ia tidak berlari menyelamatkan diri seperti yang lain. Saat dirasa api sudah semakin dekat dengan tempatnya bersila, ia mendesiskan mantra pendek: API SAUDARAKU, TOLONG JANGAN BAKAR AKU. Seketika itu api tidak menyambar tubuhnya yang kurus dan rambutnya yang gondrong itu.

Semua yang ada ini hakikatnya adalah pergelaran yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga bisa menjadi pembelajaran bagi orang-orang yang berakal. Kita bisa belajar makna dan hakikat hidup dari siapa saja. Termasuk dari Presiden, Jaksa, Jendral, tukang becak, tekek, ajaran kepang, maupun dari seekor coro. Dan dari Ki Joko Bodo, kita mendapatkan pelajaran bahwa siapapun berhak untuk nggayuh dan menemukan kebenaran meskipun itu muncul dari sisi dan sudut yang paling ekstrem sekalipun.

Ki Joko, saudaraku….selamat berjuang!…